![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEheBomAJSdesQW1KT2Q7kuR3elmEGezgJXTqsbcqcXJxOonjKEIP2CFW5f9XML96BPGmLpa7fQnzl6nKhLJGNu1ipruHQIDWkbdNd-tAsq60e4Ha0wY49uuWKneWU4NcTLU85KK1drt_mks/s320/negombo.jpg)
Tak kurang dari satu bis penuh wisatawan lokal, terdiri dari para ibu-ibu dan bapak-bapak warga suatu desa, datang ke vihara ini pada saat saya berada di sana. Mereka mengagumi sejarah masa lalu dan mengenali para raja tersebut. Patung para raja ini pula lah yang membuat vihara terbesar di Negombo ini sering dikunjungi murid-murid sekolah, sehingga vihara ini cukup terkenal dan rata-rata penduduk Sri Lanka mengatakan mereka pernah mengunjungi vihara ini, dulu 'ketika masih sekolah'.
Seperti biasa bangunan vihara di Sri Lanka pasti ada pohon Bodhi-nya. Sebuah pagar putih bersih mengelilingi keempat sisinya. Di pelataran yang terbuka, terdapat beberapa bentuk dari logam tempat menaruh pelita minyak. Komentar saya kepada rekan dari Sri Lanka yang mengantar: "Indah di waktu malam, kotor di waktu siang". Soalnya memang pelita yang dipasang di piring tanah liat dan berisi minyak itu memang kotor hitam hangus, serta berceceran minyak ke mana-mana.
Masih ada satu lagi bangunan di kompleks vihara ini. Justru bangunan itulah yang membuat saya 'ngeh' atas sebuah fakta yang baru saya sadari: "Oooooh .... "
Tapi nanti ceritanya, ya? Selanjutnya ikuti dulu SRILANKA ~ PODI PANSELA.
1 Oct 2001