Namun di antara jemaatnya, ada seorang pencuri. Ia selalu berusaha mencuri setiap mengikuti kebaktian. Sudah sering ia tertangkap basah. Namun pendeta selalu meminta agar jemaatnya sudi memaafkan, lalu pendeta itu memberi nasehat kepada pencuri tersebut.
Karena kejadian ini terlalu sering berulang, akhirnya para jemaat merasa kesal. Salah seorang pimpinan umat menghadap pendeta dan memberi ultimatum: Pencuri itu harus dikeluarkan dari gereja, atau seluruh umat akan meninggalkan gereja.
Dengan tenang pendeta itu berkata :
"Kalau begitu, semua umat silakan meninggalkan gereja ini."
Para jemaat bingung melongo.
Akhirnya pendeta menjelaskan kepada para umat yang terkejut:
"Kalian semua menyadari bahwa mencuri adalah perbuatan yang tidak baik. Namun orang ini tidak menyadarinya. Kalau saya tidak mengejari dia, siapa lagi yang akan mengajarinya? Orang ini lebih membutuhkan bimbingan saya dan kasih sayang saya dibandingkan kalian. Kalaupun saya harus kehilangan Anda semua supaya ia bisa selamat, maka biarlah hal itu terjadi."
Pencuri itu sangat tersentuh dan menangis.
Sejak saat itu ia bertobat dan tidak mencuri lagi.
There was once a very popular priest. Due to his virtue & his skillful delivering of sermons, his church was always full.
There happened to be a thief among his congregation. This guy would steal every once in while a during service. Everytime he was caught, the priest would counsel him & then ask the congregation to forgive him.
This went on for a while until the congregation got sick of this thief. On one particular day, a church leader, representing the congregation, issued an ultimatum to the priest. Either he expels the thief or the entire congregation would leave.
The priest answered, "Then all of you, please leave". He then explained to the shocked crowd, "All of you know that stealing is wrong, but he doesn't. If I don't teach him, who will? This man needs my guidance and my love more than any one of you. If I have to lose all of you to keep him, let this be the case".
The thief was so touched by this that he started to cry. From that day on, he never stole again.