Minggu, 28 Februari 2010

ZIARAH BUDDHA 7 - 18 April 2010

Hari 01 : JAKARTA - DELHI
Berkumpul di bandara Sukarno-Hatta untuk selanjut berangkat dengan pesawat menuju Delhi, ibukota India. Menginap di Delhi.

Hari 02 : DELHI - SRAVASTI
Subuh diantar ke stasiun untuk naik kereta api Shatabdi Express menuju Lucknow. Setelah makan siang, dengan bis ke Sravasti. Makan malam dan menginap di Sravasti.

Hari 03 : SRAVASTI - LUMBINI
Perjalanan ziarah kita awali dengan berbakti di TAMAN JETA (Jetavana), KAMAR BUDDHA (Gandha-kuti) dan POHON BODHI ANANDA. Langsung melintasi perbatasan menuju negara Nepal. Apabila keadaan mengijinkan, kita akan singgah di Stupa Kapilavastu yang pernah digunakan untuk menyimpan sebagian relik Buddha. Menginap di Lumbini.

Hari 04 : LUMBINI - KUSINARA
Pagi hari ini kita kunjungi TAMAN LUMBINI untuk memperingati kelahiran Pangeran Siddhartha, Bodhisattva calon Buddha. Setelah itu kita kembali memasuki negara India. Menginap di Kusinara.

Hari 05 : KUSINARA - RAJGIR
Kita akan berbakti di MAHA-PARINIRVANA STUPA (tempat Buddha wafat) dan RAMABHAR STUPA (tempat kremasi sisa jasmani Buddha). Apabila keadaan mengijinkan, kita akan singgah di Vaishali. Menginap di Rajgir.

Hari 06 : RAJGIR - BODHGAYA
Banyak tempat di Rajgir, antara lain GRIDHAKUTA (Puncak Burung Nasar), VENUVANA (Hutan Bambu) dan bekas UNIVERSITAS NALANDA. Menginap di Bodhgaya.

Hari 07 : BODHGAYA
Hari ini kita khususkan untuk berbakti di MAHABODHI MAHAVIHARA (Tempat Buddha mencapai Pencerahan di bawah Pohon Bodhi). Juga ke SUJATA TEMPLE, PATUNG BUDHA BESAR dan vihara-vihara lain di sekitar Bodhgaya. Untuk lebih memberi kesempatan bagi Anda yang ingin berbakti / bermeditasi di tempat suci ini, malam ini kita masih menginap di Bodhgaya.

Hari 08 : BODHGAYA - VARANASI
Kita akhiri perjalanan ziarah kita di TAMAN RUSA ISIPATANA (tempat Buddha membabarkan kotbah Dharma pertama kali di bulan Asadha). Menginap di Varanasi.

Hari 09 : VARANASI - AGRA
Pagi hari acara unik : menyaksikan matahari terbit sambil naik perahu di SUNGAI GANGGA. Setelah berbelanja oleh-oleh, malam hari kita akan naik kereta api menuju Agra.

Hari 10 : AGRA
Pagi hari tibalah kita di Agra. Setelah beristirahat, kita saksikan TAJ MAHAL, salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia. Menginap di Agra.

Hari 11 : AGRA - DELHI - JAKARTA
Dari Agra kita menuju Delhi dan langsung ke bandara. Kita tinggalkan India menuju Indonesia.

Hari 12 : JAKARTA
Pagi hari ini, tibalah kita di kembali di tanah air dengan penuh kenangan indah dan keyakinan yang lebih teguh akan Buddha Dharma Sangha.


Biaya : US$1,955.-/orang (seribu sembilan ratus lima puluh lima dollar Amerika)



Biaya sudah termasuk :
* Biaya penerbangan Jakarta-Delhi pp kelas ekonomi
* Transportasi dan karcis masuk sesuai acara
* Hotel bintang dua/bintang tiga atau setara, sekamar berdua atau bertiga
* Makan tiga kali sehari, vegetarian dapat disediakan

Biaya belum termasuk :
* Visa India (Rp. 600 ribu) dan visa Nepal (US$25.-)
* Airport tax Jakarta Rp. 150.000
* Tip untuk pemandu wisata setempat
* Biaya fotografi, laundry, dan pengeluaran pribadi lainnya.
* Fiskal sesuai ketentuan pemerintah

Rabu, 17 Februari 2010

Baju Kuning Bapak Chang

Setiap hari Bapak Chang mengenakan bajunya yang berwarna hitam, topi hitam dan sepatu hitam. Lama-lama ia merasa bosan karena memakai baju yang sama seperti orang kebanyakan, dan ingin mengenakan baju dengan warna yang cerah.

Suatu hari, Gubernur Mo lewat ditandu. Ia memakai baju berwarna kuning keemasan. Semua orang berhenti dan memberi hormat kepada Gubernur. Sedangkan Gubernur Mo sendiri terus memandang ke depan dengan gagahnya, tidak mempedulikan segal penghormatan yang disampaikan masyarakat.

Bapak Chang sangat kagum melihat peristiwa itu. Ia tertarik dan ingin memakai baju yang sama dengan gubernur, berwarna kuning keemasan. Maka ia pun pergi ke tukang jahit dan memesan baju seperti itu.

Pada jaman dahulu, tidak seorang pun boleh memakai baju berwarna kuning kecuali pejabat yang diangkat khusus oleh raja. Tak heran tukang jahit sangat terkejut mendengar permintaan Bapak Chang. Namun karena Bapak Chang terus memaksa, tukang jahit itu akhirnya bersedia membuatkan baju berwarna kuning keemasan baginya. Tapi dengan satu syarat: Bapak Chang harus berjanji bahwa baju itu hanya akan ia pakai di rumah saja, dan tidak boleh sampai ketahuan orang lain.

Demikianlah akhirnya Bapak Chang memiliki baju idamannya. Setiap malam, sehabis menutup toko, ia pulang ke rumah, mengunci pintu dan dengan hati-hati membuka lemari tempat baju simpanannya. Sehabis mandi ia segera mengenakan baju yang bagus itu, dan mematut-matut diri di depan kaca. Ia merasa sangat bahagia!

Seperti sudah kita duga, lama kelamaan Bapak Chang tidak lagi merasa puas sekedar mengenakan baju kuning di rumah pada malam hari. Ia mulai mengenakan baju kuning untuk keluar rumah! Tapi tentu saja, dilapis dengan baju hitam, supaya orang-orang tidak mengetahuinya. Itu pun sudah cukup untuk membuat Bapak Chang merasa sangat gagah. Ia berjalan dengan langkah tegap, menganggap seolah-olah semua orang sedang memberi hormat padanya.

Suatu hari, saat sedang berjalan-jalan di taman dengan memakai baju kuning (yang ditutupi baju hitam), Bapak Chang terkejut. Ada dua orang anak gadis yang menjerit minta tolong. Ternyata bola yang sedang mereka mainkan jatuh ke kolam dan hanyut agak ke tengah. Bapak Chang segera berlari ingin menolong. Angin yang berhembus, membuat kedua gadis itu melihat bahwa di balik baju hitam Bapak Chang, ada baju kuning. Mereka mengira bahwa Bapak Chang adalah seorang pejabat. Segera mereka mencegah Bapak Chang:
"Bapak pejabat, sudahlah, jangan membantu mengambil bola kami. Tidak pantas bapak pejabat masuk ke kolam hanya untuk sebuah bola."

Namun Bapak Chang yang pada dasarnya baik hati, tetap masuk ke kolam dan menolong mengambilkan bola untuk kedua gadis tersebut. Mereka sangat berterimakasih.

Nasib malang menimpa Bapak Chang. Dalam perjalanan pulang, bajunya yang basah dan bau ikan menarik perhatian anjing-anjing jalanan. Segera anjing-anjing itu menggigit baju Bapak Chang, sehinga sekarang semua orang bisa melihat bahwa Bapak Chang nekad memakai baju kuning tanpa seijin baginda raja.

Tak ayal polisi segera menangkapnya, dan Bapak Chang diseret ke hadapan gubernur untuk menerima hukuman yang setimpal. Dalam keramaian itu, dua anak gadis yang pernah ditolong oleh Bapak Chang, maju ke hadapan gubernur dan memohon ampunan bagi Bapak Chang. Mereka menceritakan kebaikan budi Bapak Chang.

Gubernur Mo dengan bijaksana memberi ampunan. Malah mengundang Bapak Chang untuk datang ke pesta kembang api yang memang sudah direncanakan akan diadakan malam harinya. Istimewanya lagi, gubernur mengijinkan Bapak Chang untuk mengenakan baju kuning kesayangannya, walau hanya satu malam, khusus hanya untuk acara malam itu saja.

Bapak Chang malam itu tidak datang menghadiri acara. Dari halaman rumahnya ia memandang ke langit, menikmati letupan warna-warni kembang api seorang diri.
Ia melihat ke arah bintang-bintang, dan bergumam:

"Aku seperti bintang. Tidak seterang matahari, juga tidak seindah bulan. Tapi tetap istimewa, seperti para bintang yang lain."


Diceritakan oleh Dorothee Bohlke, Garrett Educational Corp., Ada, Oklahoma, 1991.

Selasa, 16 Februari 2010

What would Buddha do - if his credit cards are maxed out?

samudravastràmapi gàmavàpya pàraü jigãùaüti mahàrõavasya
lokasya kàmairna vitÔptirasti patadbhiraübhobhirivàrõavasya ||Buddhacarita 11.12||


When they have obtained all the earth girdled by the sea, kings wish to conquer the other side of the great ocean;
Mankind are never satiated with pleasures, as the ocean with the waters that fall into it.



Setelah menaklukkan semua dunia yang dikenal, Iskandar Agung (Alexander The Great) mengeluh tidak ada lagi yang bisa ditaklukkan. Sekali pun demikian, ia tidak pernah hidup untuk mengurus negeri yang telah ia lakukan.

Ini gila.
Tapi kita semua seperti penakluk besar dari Yunani ini. Kita tidak pernah merasa puas.

Orang-orang ambisius tidak bisa menikmati apa yang mereka miliki, karena terus menerus dikuasai oleh hasrat untuk memiki lebih banyak lagi.

Orang malas menyukai apa yang mereka miliki. Tapi pasti mereka ingin lebih, seandainya milik mereka itu habis.

Agama Buddha mengajarkan bahwa kita tidak pernah puas kecuali berhenti berpikir seperti ini. Kita harus menghapuskan hayalan seolah diri kita berdiri sendiri dan dapat berbahagia secara terpisah dari dunia tak terbatas yang mengelilingi kita. Ini sama dengan pikiran bahwa diri kita ini lautan, meminum sungai dunia tapi tidak pernah penuh.

Hanya setelah sadar bahwa kita ini SATU dengan dunia, barulah kita bisa bahagia.
Kita adalah lautan yang haus, kita adalah sungai yang manis juga.






APA YANG AKAN BUDDHA PERBUAT?
Franz Metcalf
Yayasan Pemuda Buddhayana
Mei 2001

Senin, 15 Februari 2010

FESTIVAL SERA BENGQIN

Rabu 10 Februari 2010. Lebih dari 70 ribu umat Buddha berkumpul di Vihara Sera di Lhasa. Mereka melakukan upacara untuk menyambut Losar (Tahun Baru Tibet) yang akan mulai hari Minggu 14 Februari nanti.

For ENGLISH please see SERA BENGQIN FESTIVAL

Setiap tahun, Festival Sera Bengqin adalah upacara rutin yang penting.

Diselenggarakan empat hari menjelang Losar, upacara ini khusus diadakan di Vihara Sera, salah satu dari tiga vihara utama di Lhasa selain Drepung dan Ganden.

Dalam upacara ini, Khenpo (pimpinan) Ngaba Zhacang memberikan berkah dengan menyentuhkan Dorje Pestle ke dahi setiap umat.

Umat juga datang bahkan dari tempat yang jauh seperti propinsi Qinghai, Sichuan dan Yunnan.

Tahun ini Losar jatuh bertepatan dengan Tahun Baru Cina.

Minggu, 14 Februari 2010

Bhikkhu Thai berjalan kaki

YM Phra Jinshen berjalan kaki dari Hat Yai, Thailand, dan Minggu 31 Januari 2010 tiba di Simpang, Perak, Malaysia.

For ENGLISH please see Thai monk walks million miles on barefoot

Beliau akan terus berjalan tanpa alas kaki sejauh 20 kilometer setiap hari untuk mengingatkan manusia pada jaman serba materialitis ini agar melindungi dan memperhatikan alam.

Phra Jinshen menekankan bahwa tujuannya berjalan kaki adalah untuk menjalankan hidup sesuai vinaya dan memberi teladan kepada masyarakat agar menjaga sila. Selain itu beliau ingin menumbuhkan semangat umat Buddha.

Selama di Simpang, bhikkhu Thai ini menyampaikan agar masyarakat menghargai dan melindungi alam sekitar, dengan makan secara sederhana, mengurangi pemakaian sumber daya alam dan lebih sering berjalan kaki.

Selanjutnya beliau masih akan terus berjalan kaki menuju Singapura, INDONESIA, dan Australia.

Beliau menjelaskan bahwa selama 30 tahun terakhir ini beliau telah berkelana di Thailand, Laos, Vietnam dan India. Dalam setahun beliau berjalan lebih dari 10 ribu kilometer.

"Tidak banyak bhikkhu yang hidup mengembara sekarang ini. Karena itu setiap orang memandang saya sebagai sesuatu keanehan. Seolah-olah bhikkhu pengembara hanya ada di dalam buku."

Setiap hari beliau berjalan lima sampai enam jam. Meskipun kakinya pecah-pecah, beliau tetap berbahagia.

"Banyak orang bekerja keras untuk mencari uang yang mereka butuhkan untuk mengejar kesenangan hidup. Mereka merusak sumber daya alam, namun mereka tidak benar-benar berbahagia."
Demikian juga dengan kehidupan antar manusia, katanya.
"Bila kita bersikap bersahabat dan mengurangi kebencian, maka kita akan merasa lebih damai."

Beliau juga menyarankan hidup vegetarian.

Sabtu, 13 Februari 2010

INCREDIBLE INDIA 4








Menjemur benang setelah dicelup. Tentu bukan benang gelasan untuk main layang. Ini benang untuk menenun kain sari.











Siapa bilang kambing tak boleh memakai baju?









Keluarga India etnis Arab memandang dunia dari rumah mereka di atas loteng.











Gaya penjaja suling menawarkan dagangannya.









Rekannya, pedagang kacamata, tak mau ketinggalan dan tak sudi kalah bergaya.

Jumat, 12 Februari 2010

INCREDIBLE INDIA 3







Tupai dan burung asyik bermain di kaki sebatang pohon di tengah kota. Seorang penjaga WC Umum di dekatnya, setiap pagi menyediakan air bersih di wadah untuk tupai dan burung tersebut.








Tentara India dengan seragam kebesarannya. Topinya asyik, kumisnya asyik, senyumnya lebih asyik!









Pemandu wisata memberi keterangan kepada para wisatawan mancanegara. Topinya seragam!









Soal macet, New Delhi sama saja dengan kota-kota besar di dunia lainnya. Parah!










Bangunan purbakala? Monumen? Istana? Bukan, ini cuma sebuah lobby hotel.

Rabu, 10 Februari 2010

Hey Friends!

dunniggahassa lahuno yatthakámanipátino
cittassa damatho sádhu cittam dantam sukhávaham

Setiap teman adalah perpanjangan diriku. Setiap teman membentuk siapa aku.
~ Betapa aku berterimakasih kepada semua teman-teman, yang menyayangi aku, mencintai aku, dan memberi kehangatan sebuah persahabatan.
~ Betapa aku berterimakasih kepada teman-teman yang membuat aku merasa cantik, serasa di puncak dunia.
~ Betapa aku berterimakasih kepada teman-teman yang telah memberi pengetahuan dan membantu aku menghadapi dunia dengan rasa aman.
~ Betapa aku berterimakasih kepada teman-teman yang meninggalkan aku, dan memberi pengalaman bagi bagaimana rasanya kehilangan dan kesepian.
~ Betapa aku berterimakasih kepada teman-teman yang menipu aku dan memberi aku pengalaman akan sakitnya kemarahan dan kebencian.
~ Betapa aku berterimakasih kepada teman-teman yang meninggalkan aku demi teman yang baru dan memberi aku pengalaman akan rasa cemburu.
~ Betapa aku berterimakasih kepada teman-teman yang merendahkan aku dan menunjukkan kelemahanku, serta memberi pengalaman sakitnya dilecehkan.
~ Betapa aku berterimakasih kepada SEMUA teman-teman itu, yang membuat aku menyadari bahwa ternyata pikiranku dikuasai oleh orang lain dan tidak ada aku kuasai sendiri?

Suatu hari aku duduk di sudut kamar, berpikir dan merenung, melihat ke sana ke sini, dan tiba-tiba terlihat: sebuah buku tentang Buddha!

Betapa aku berterimakasih kepada Buddha yang telah mengajariku Kasih Sayang.

Temanku yang baik, lenyapkan benih perasaan yang menguasai pikiranmu.
Berusahalah melenyapkan benih kebencian.
Berusahalah melenyapkan benih kemarahan.
Berusahalah melenyapkan benih kecemburuan.
Berusahalah melenyapkan benih keserakahan.
Berusahalah melenyapkan benih kemalasan.
Berusahalah melenyapkan benih kemelekatan.
Perasaan-perasaan ini amat berbahaya bagi batinmu...
Ubahlah batinmu, temanku!
Dhamma akan mengajarimu, untuk mengubah batinmu sendiri!

Dhammapada 35 :
Sukar dikendalikan pikiran yang binal dan senang mengembara sesuka hatinya.
Adalah baik untuk mengendalikan pikiran, suatu pengendalian pikiran yang baik akan membawa kebahagiaan.


Poem by Deepali Nandeswar deepsee30@gmail.com

Every friend is an extension of me. Every friend has taught me what I am.~ How can I not be thankful to those friends, who cared me, loved me,
and gave me a warm experience of the feeling of love?
~ How can I not be thankful to those friends, who made me feel that I am
so beautiful, and given me the feeling of being on the top of the world?
~ How can I not be thankful to those friends, who has given me the knowledge
and helped me to stand in front of the world with the feeling of security .
~ How can I not be thankful to those friends, who went away from me and
gave me the experience of detachment from loved ones and loneliness?
~ How can I not be thankful to those friends, who cheated me and thereby
gave me the experience of the feelings of hate and anger?
~ How can I not be thankful to those friends, who left me and found another
friend and thereby gave me experience of jealousy?
~ How can I not be thankful to those friends, who put me down and made me
inferior by showing my weakness, giving me the experience of deprivation?
~ How can I not be thankful to ALL those friends, who just made me think
that my mind is in the control of others and nothing is in my own control?

One day I sat in the corner of my room, thinking and thinking, looking here
and there, and then saw what: A glance at a book of Buddha!
How can I not be thankful towards the Buddha who explained me compassion.
My dear friend, destroy these mental seeds of those feelings that control your mind.
Why don’t you try to destroy these mental seeds of hate?
Why don’t you try to destroy these mental seeds of anger?
Why don’t you try to destroy these mental seeds of jealousy?
Why don’t you try to destroy these mental seeds of greed?
Why don’t you try to destroy these mental seeds of laziness?
Why don’t you try to destroy these mental seeds of clinging?

These emotions are very harmful to your mind…
Reform your mind my dear friend!
Dhamma will teach you, how to reform nothing other than your mind!

Dhammapada 35:
It is good to control the mind, which is difficult to restrain, fickle, and wandering. A tamed mind brings happiness.

Selasa, 09 Februari 2010

PERTEMUAN DI KERETA API

PERJALANAN SELALU MENYENANGKAN. Kadang melelahkan, memang, tapi buat aki selalu menyenangkan. Apalagi perjalanan dengan kendaraan umum, wow! Kita mendapat kesempatan bertemu dengan orang-orang yang baru, yang tidak kita temui dalam kehidupan kita sehari-hari. Orang-orang dengan latar belakang berbeda, kebiasaan berbeda, yang masing-masing unik dan memperkaya pengalaman kita.

Suatu pagi di kereta api, dari Delhi menuju Lucknow. Teman aki, orang India, memperkenalkan aki kepada seorang India lain yang duduk di sebelahnya. Beliau berpenampilan sangat rapi, rambut dan jenggotnya sudah putih semua, tapi masih nampak sehat dan ceria. Rupanya teman aki sudah menceritakan bahwa aki sering melakukan perjalanan ziarah ke tempat-tempat suci Buddha, dan beliau langsung tertarik.

Bapak rambut putih berkata : "Saya adalah seorang -hmm, katakanlah- pencari kebenaran (seeker of the Truth). Saya tertarik dengan ajaran Buddha. Katanya, kebahagiaan itu akan kita dapatkan jika keinginan lenyapkan. Namun, bukankah keinginan untuk bahagia itu sendiri pun merupakan keinginan? Apakah tidak boleh kita mempunyai keinginan yang baik?"

Wah, repot juga nih. Pagi-pagi ditembak pertanyaan mendadak!
Aki pelan menjawab: "Bapak tahu kan nama saya Ananda? Pernah dengar cerita tentang YM Bhante Ananda?"

Bapak rambut putih menjawab: "Ya, saya dengar Ananda adalah salah satu dari lima murid Buddha yang pertama."

Aki menjelaskan: "Bukan, pak. Lima murid Buddha yang pertama di Taman Rusa adalah Kondanna, Vappa, Bhadiya, Mahanama dan Assaji. Bhante Ananda adalah -katakan- asisten pribadi Buddha. Beliau yang mengatur jadwal siapa yang mau menghadap Buddha, dan lain-lain. Karena beliau selalu hadir saat Buddha berkotbah dan beliau mempunyai ingatan yang sangat kuat, maka setelah Buddha meninggal, bhante Ananda diminta untuk mengulangi semua kotbah-kotbah Buddha."

Bapak itu menukas: "Oh, ya. Saya ingat itulah sebabnya kitab suci Buddha dimulai dengan 'Demikianlah yang telah kudengar'. Apa nama kitab suci Buddha?"

Aki menjawab: "Tipitaka, artinya tiga keranjang. Salah satu keranjang adalah kumpulan kotbah, dan itulah yang diulangi oleh bhante Ananda. Nah, pada saat pertemuan pertama para murid Buddha setelah Buddha meninggal, bhante Ananda diminta untuk mengulangi seluruh kotbah Buddha. Para peserta pertemuan semua adalah para arahat, yang telah mencapai kesucian. Padahal bhante Ananda sendiri belum mencapai tataran kesucian tersebut. Mungkin karena kesibukan beliau mendampingi Buddha semasa hidup, maka bhante Ananda kurang mendapat kesempatan berlatih. Karena itu beliau bertekad kuat, ingin mencapai tataran kesucian arahat sebelum pertemuan dimulai."

Kondektur lewat dan memeriksa karcis para penumpang.

Aki melanjutkan: "Nah, ini adalah keingnan yang baik. Bhante Ananda ingin mencapai kesucian, karena itu semalam suntuk beliau berlatih meditasi. Namun, sekuat apapun beliau berusaha, sampai menjelang fajar ternyata beliau masih belum berhasil."

"Then what happened?" tanya bapak rambut putih. Rupanya beliau semakin tertarik dengan cerita aki.

"Karena sudah cukup lelah berusaha, dan hari sudah menjelang pagi, maka kemudian bhante Ananda melepaskan keinginan untuk mencapai kesucian, dan merebahkan diri untuk beristirahat. Pada saat beliau merebahkan diri itu lah, bukan pada saat berdiri, bukan saat berbaring, bukan juga pada saat duduk bermeditasi maupun saat berjalan. Dalam posisi setengah berdiri dan setengah berbaring itulah beliau mencapai kesucian dan menjadi arahat. Justru pada saat beliau MELEPASKAN keinginan untuk menjadi arahat."

"Ah, that's very interesting!" kata bapak rambut putih. "Saya akan ingat cerita ini, tak akan saya lupakan."

Aki dan bapak rambut putih sama-sama tersenyum lega. Kereta terus melaju, suara rel beradu dengan roda kereta terdengar bagai musik yang merdu dalam irama yang padu. Bapak rambut putih bertanya lagi: "Please tell me more about Buddhism. I really want to know more about this religion."

Aki menjawab: "Wah, aki sendiri tidak tahu banyak, dan tidak pandai bicara. Mungkin kalau bapak menanyakan apa yang ingin bapak ketahui, aki coba menjawabnya, kalau aki tahu. Kalau aki tidak tahu, ya nanti aki bilang tidak tahu. Mungkin bisa sama-sama kita cari jawabannya dari orang lain yang lebih mengetahui. What do you want to know?"

Bapak rambut putih terdiam sejenak dan kemudian bertanya: "Siapakah Buddha? Apart from being a king or a prince or somebody from a royal family, who is he? Saya pernah mendengar beliau berasal dari sebuah kerajaan, tapi siapakah dia?"

Aki menjawab: "Yes, beliau berasal dari kerajaan Kapilavatthu, suku Sakya. Bekas-bekas sejarahnya masih bisa kita telusuri, dan beberapa tempat yang berhubungan dengan kehidupan beliau masih bisa kita lihat. Justru itulah yang aki lakukan, mendatangi kembali tempat-tempat bersejarah itu, dan merenungkan kehidupan beliau.
Banyak legenda dan mitos yang dikisahkan orang mengenai Buddha. Namun terlepas dari itu semua, melalui perjalanan ziarah yang aki lakukan, semakin meyakinkan aki bahwa Buddha sebenarnya adalah manusia biasa seperti kita. Maaf kalau aki lancang, tapi itulah yang aki rasakan.
Kalau bapak bertanya kepada aki siapakah Buddha, akan aki jawab ~
Buddha adalah seorang manusia sederhana, yang mengajarkan hal-hal sederhana kepada orang-orang sederhana seperti kita.

Sangat sederhana.
"

Bapak rambut putih berkata: "I like that! I like that! Tolong ulangi lagi tentang sederhana itu."

Aki tersenyum: "Buddha is a simple man, who teaches simple things to simple human beings like us."

"Ya, ya, ya!" kata bapak rambut putih dengan gembira. "Hidup memang sederhana. Itu yang selalu saya katakan kepada istri saya sejak sebelum pensiun. Tapi istri saya tidak percaya."

Aki menambahkan: "Aki juga pernah mendengar tapi lupa di mana, bahwa life is simple but we insist to make it complicated."Bapak rambut putih mengangguk-angguk. Sayang kita tak bisa berlama-lama, katanya. Rupanya beliau akan turun di stasiun berikutnya. Aki masih dua stasiun lagi.

"Baiklah," kata aki. "Kalau tidak salah aki pernah mendengar sebuah lagu India. Katanya hidup itu ibarat stasiun, banyak orang datang dari berbagai tempat, mereka bertemu dan berkenalan sesaat, kemudian berpisah untuk melanjutkan perjalanan masing-masing. Selamat melanjutkan kehidupan, bapak, semoga lekas menemukan Kebenaran yang bapak cari."

Bapk rambut putih mengulurkan tangan: "Dalam bahasa Hindi tak ada kata Good Bye. Kita hanya berpisah sementara tapi kita akan berjumpa lagi. Dalam hidup ini, atau dalam bentuk lain."

Aki tersenyum sambil menjabat erat tangan beliau. Terasa hangat, dan kami seakan dua saudara yang berat untuk berpisah meskipun tahu bahwa suatu saat akan bertemu kembali.

Suatu saat, entah kapan, entah di mana ...

Rabu, 03 Februari 2010

PIKIRAN BENAR

Sebuah buku oleh Willy Yandi Wijaya

Tentunya kita tidak asing lagi mendengar kata ‘pikiran’. Setiap saat kita selalu berpikir dan menggunakan pikiran kita. Semua aktivitas yang kita lakukan didahului pikiran. Begitu pula di dalam ajaran Buddha, pikiran menempati urutan yang sangat penting. Berkali-kali Sang Buddha mengatakan bahwa pikiranlah yang mendahului dan menjadi penentu utama dalam setiap tindakan.

Satu hal yang perlu ditanyakan ke dalam diri adalah apakah kita betul-betul memahami apa yang dimaksud dengan pikiran itu? Sebelum lebih lanjut membahas tentang pikiran benar, kita harus sepakat dengan pengertian pikiran itu sendiri. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pikiran diartikan sebagai:
~ Hasil berpikir
~ Ingatan
~ Akal
~ Angan-angan, gagasan
~ Niat atau maksud

Jadi, ada lima pengertian pada kata ‘pikiran’ dalam Bahasa Indonesia. Sebelum menetapkan pengertian mana yang tercermin di dalam Pikiran Benar, kita perlu mengetahui makna Pikiran Benar itu sendiri. Pikiran benar berasal dari kata Samma Sankappa/ Sankappo (Pali) atau Samyak Samkalpa (Sansekerta). Kata samma/ samyak berarti benar (lihat buku Pandangan Benar oleh penulis yang sama) dan sankappa/ samkalpa diterjemahkan sebagai Pikiran. Pikiran di sini berarti kehendak atau niat, atau pemikiran. Jadi pengertian no.5 dalam KBBI yang akan kita gunakan selanjutnya untuk arti kata ‘pikiran’, yaitu niat atau maksud atau kehendak.

Di beberapa bagian sutta (ucapan Buddha Gautama) dari Sutta Pitaka, dapat juga kita temui definisi pikiran benar yang sama dengan pengertian di SN 45.8 tersebut, seperti yang terdapat di MN 117.13 dan MN 141.25 (definisi di sini adalah definisi standar dari pikiran benar yang terdapat langsung dalam Sutta pitaka, Tipitaka Pali).

"Pikiran benar adalah pemikiran yang telah menghancurkan keserakahan atau kemelekatan, kehendak yang terbebas dari niat jahat, dan kehendak untuk tidak merugikan atau menyakiti makhluk lain." (SN 45.8)

Jadi ada 3 ciri utama suatu pikiran dikatakan pikiran benar, yaitu:
- Pikiran tanpa kemelekatan/ keserakahan (nekkhammasankappa)
- Pikiran tanpa niat jahat/ kebencian (awyapadasankappa)
- Pikiran tanpa kekejaman (awihimsasankappa)


Sebelum membahas masing-masing bagian tersebut, kita akan melihat pentingnya pengembangan Pikiran Benar. Kemudian kaitan pikiran benar dan pandangan benar, serta kaitan pikiran benar dengan unsur lainnya dalam Jalan Mulia Berunsur Delapan, sehingga pemahaman terhadap pikiran benar menjadi lebih jelas.

Lebih lengkap di PIKIRAN BENAR

Selasa, 02 Februari 2010

Tentang SOPAN SANTUN

अप्रदानेन दारिद्यं मिथ्याजीवेन वञ्चना।
स्तम्भेन दुष्कुलीनत्वमल्पौजस्कत्वमीर्ष्यया॥१७॥

apradānena dāridyaṁ mithyājīvena vañcanā|
stambhena duṣkulīnatvamalpaujaskatvamīrṣyayā||


Karena lalai menjalankan amal dana, seseorang lalu menjadi miskin,
Karena menjalani mata pencaharian yang salah seseorang lalu diperdayai.
Karena tiada berlaku santun, orang kemudian lahir dalam status hina,
Karena perasaan iri hati, lalu orang menjadi tak memiliki pengaruh baik.



Jangan tinggalkan kesantunan, meski banyak yang tidak memedulikannya. Hiasi tubuh, mulut dan batinmu dengan kesantunan.

Berbicaralah dengan santun, bersikaplah yang santun dan bertingkah lakulah yang santun pula,
Sopan santun adalah atribut bagi mereka yang ingin menghiasi dirinya dengan kemuliaan kini dan nanti.

Perilaku santun adalah bagian dari menyemai karma kebajikan, yang kelak akan kembali pada yang bersangkutan, bagaimana orang berlaku padanya sebagaimana ia berlaku pada orang lain.

Santunlah kepada orang tua, orang yang lebih tua, kakak, adik dan siapa saja yang kau temui.
Santunlah kepada suami atau istrimu, anak-anak ataupun menantumu.

Jangan berfikir bahwa kesantunan sudah tidak jaman,
Jangan berfikir tidak sopan identik dengan kemajuan dan keintelektualan,
Lalu menjadi tak mengenal tatakrama, ketus, asal bicara, negatif thinking, bersikap seenaknya, berbicara seenaknya, bertingkah laku sesukannya.

Orang yang baik seharusnya mempertahankan sopan santun,
Orang bijak seharusnya mempertahankan sopan santun,
Orang tua, anak-anak seharusnya mempertahankan sopan santun.

Semoga Sang Tri Ratna memberkati.


Sumber : KOMUNITAS BHUMISAMBHARA

Senin, 01 Februari 2010

Bhikshu dan Pelacur

Ada seorang bhikshu Zen yang sudah tua.

For ENGLISH please see RYOKAN.

Keluarga bhikshu itu mengeluh kepadanya, bahwa seorang keponakannya menghamburkan uang dan gemar memuaskan nafsu dengan para pelacur. Mereka meminta bhikshu itu untuk menasehati keponakannya.

Maka bhikkhu itu pun datang mengunjungi keponakannya. Mereka sudah bertahun-tahun tidak pernah bertemu.

Keponakannya dengan sopan mengajak bhikshu itu untuk menginap agak semalam. Bhikkhu itu bersedia, lalu bermeditasi sepanjang malam. Pagi hari, saat akan berangkat, ia berkata : "Keponakanku, bisakah aku minta tolong untuk mengikatkan tali sepatuku?"

Keponakan itu membantunya.

Bhikshu itu berkata lagi : "Terimakasih. Manusia semakin lama semakin bertambah tua dan semakin lemah. Berhati-hatilah, keponakanku."

Kemudian bhikshu itu pun pergi, tanpa berkata sepatahpun menyinggung soal pelacur atau pun mengemukakan keluhan yang dlaporkan keluarganya. Namun sejak saatitu, keponakannya berubah dan hidup secara baik.