Sabtu, 12 Juni 2010

Katanya..., katanya...

Imajinasi dan daya khayal memang sangat memegang peranan penting di Guilin.

For ENGLISH please see "An Arrow that Pierced through Three Hills".


Lambang kota Guilin adalah sebuah batu.
Tentu bukan batu sembarang batu. Sebuah gunung batu yang terletak di tepi sungai, ramai dikunjungi orang setiap hari. Konon dengan imajinasi yang cocok, batu itu terlihat bagai seekor gajah yang sedang minum air sungai! Itulah gajah surgawi, yang ditinggal di Guilin oleh Raja Langit karena gajah itu sakit. Lama kelamaan gajah itu betah tinggal di guilin dan menampik untuk kembali ke langit. Saat sedang minum air sungai, sebuah panah Raja Langit menembus tubuhnya dan gajah itu mati membatu.
(Paduan suara latar menyanyi serentak : "katanya, katanya...").

Sebuah kisah yang tak kalah bombastis bercerita tentang Jendral Ma Yuan alias jendral yang juga bergelar Jendral Fubo (lihat notes aki Seribu Buddha di Bukit Fubo, ya?).

Kaisar Han yang kuatir akan serbuan kerajaan Xu Tu, mengumpulkan para menteri dan penasehatnya. Seorang jendral yang sudah beruban dan berjenggot panjang secara spontan mengajukan diri untuk menumpas serbuah musuh tersebut. Kaisar kuatir karena sang jendral terlihat sudah tua:
"Umur berapakan Anda, jendral?"
"Hamba masih muda, baru 99 tahun," jawab jendral sambil tertawa.
"Anda pikir 99 tahun masih muda?" kaisar turut tertawa.
"Baginda, hamba mungkin sudah lanjut usia. Namun hamba masih kuat. Lebih baik hamba mati bertempur di medan perang daripada duduk diam di rumah."
Kaisar menolak : "Jendral, lebih baik Anda pulang dan bermain dengan cucu-cucumu."

Jendral itu bangkit dan dengan sekali ayun membanting pecah kursi cendana yang sebenarnya sangat keras kayunya. Para hadirin kagum. Kaisar Han akhirnya setuju dan menugaskan Jendral Ma Yuan. Jendral yang juga bergelar Jendral Fubo itu segera menuju perbatasan dengan kerajaan Xu Tu di selatan.

Dalam upaya menyelidiki keadaan di kerajaan Han, Raja Xu Tu diam-diam mengirim utusan yang juga bertindak sebagai mata-mata. Mereka bertemu di Guilin.

Mengetahui bahwa Jendral Ma Yuan membawa sretaus ribu pasukan, mata-mata itu ciut nyalinya. Ia mempersembahkan upeti kepada Jendral Ma Yuan dan mengajak berdamai. Jendral Ma Yuan setuju, dengan syarat bahwa orang-orang Xu Tu harus mundur dari wilayah Han.

"Mundur berapa jauh?" tanya utusan itu.
"Sejauh anak panah yang aku lepaskan dari busurku," kata Jendral Ma Yuan.

Dengan gembira utusan itu setuju. Guilin dikelilingi gunung, dan anak panah pasti tidak akan bisa terbang jauh.


Ternyata di luar dugaan! Anak panah yang dilepaskan oleh Jendral Ma Yuan menembus tiga buah gunung sebelum akhirnya jatuh di pegunungan Feng Mao. Kerajaan Xu Tu terpaksa mundur sampai jauh, dan Jendral Ma Yuan alias Jendral Fubo sangat dihormati di Guilin.
Jarak yang ditempuh oleh anak panah itu kurang lebih 250 kilometer! Kalau saja legenda ini benar, maka sungguh suatu rekor dunia yang belum terpecahkan sampai saat ini...
(dan paduan suara latar serempak bernyanyi: "katanya, katanya...")

Tentu ini kisah yang kita dengar dari orang-orang Cina. Dari orang-orang Vietnam (dulu kerajaan Xu Tu), ceritanya lain lagi... hehehe...
Para pejuang Vietnam dengan gagah berani menentang imperialisme Cina!
"...However, in AD 40, Vietnamese women, i.e., Zheng (or Trung) sisters, rebelled with support from Li-ren barbarians from Jiuzhen, Rinan and Hepu. The non-Chinese people of Wuling commandery, especially the people in Wuqi ["Five Gorges"], on the upper reaches of the Yuan River, by the present-day Hunan-Guizhou border, defeated local Han army in 48 AD. General Ma Yuan would mount a full campaign in the south. General Ma Yuan erected bronze monuments in eulogy of his victories. He erected a kind of gate on the West River. Ma Yuan went further southward and he also set up some bronze monuments in Champa, today's central to southern Vietnam. "New History Of Tang Dynasty" recorded that there were ten households in the name of Ma dwelling in Champa area, and those people refused to return to China with General Ma. 500 years later, by Sui Dynasty, the ten families had multiplied into 300 households..."

Selanjutnya, terserah imajinasi dan daya khayal Anda...

(PS... sssstt seniman pematung mungkin lupa berimajinasi bahwa Jendral Ma Yuan berjenggot panjang! Kok di patung ga ada jenggotnya ya? Hehehehe....)