KARUNA = Belas kasihan
MUDITA = Simpati, turut bergembira melihat keberuntungan orang lain
Pagi itu Philippe Prasetya tiba-tiba berkata :
Bagi kebanyakan orang, mudah untuk merasa kasihan terhadap yang lebih menderita. Kita lebih mudah memberi uang kepada mereka yang lebih miskin daripada kita, yang kekurangan. Kita memberi sedekah kepada orang cacat. Tetapi tidak mudah bagi kita untuk bersimpati pada orang yang lebih beruntung.
Cobalah lihat segi positif dari orang yang kita tolong. Mungkin mereka miskin, tapi lihat semangat hidupnya. Benar mereka cacat, tapi mereka tidak mudah putus asa dan tetap gembira.
Lihat positifnya, transformasikan karuna menjadi mudita.
Serba dualisme.
Seorang rekan di FB mengatakan bahwa fesbuk pun punya dua sisi. Ada positifnya, bisa menambah wawasan. Segi negatifnya bisa kecanduan, mesbuk tetus tak kenal waktu, melupakan anak-istri-suami dan kehidupan nyata yang sebenarnya tak boleh kita lalaikan.
Seorang rekan lainnya di FB mengatakan, betapa gersangnya India, kasihan para penduduknya yang miskin. Namun seperti kata seorang rekan lain yang juga di FB, bukankah Ajahn Brahm sudah memberi petunjuk yang bagus: Jangan melulu melihat dua batu bata yang salah pasang. Lihatlah juga 998 batu bata lainnya.
Demikianlah, lain kali melihat anak kecil mengamen di jalan, alih-alih jatuh kasihan, kembangkanlah mudita, rasakan rejoice dengan melihat kelincahan dan kegembiraan serta kenakalan khas bocah yang tetap menyala.
Apakah yang Anda lihat di sini?
Sebuah gugusan deretan bercak hitam tak beraturan?
Atau tulisan LIFT?
Catatan kaki
Philippe Prasetya bukan berasal dari dunia maya. Ia nyata di dunia saha, secara fisik bahkan sangat dekat dengan aki karena ia adalah anak aki yang sulung. Tapi kadang-kadang, ia juga bisa menjelma jadi guru bagi aki (kalau lagi eling). Tapi jarang sih (atau mungkin aki yang kurang sering mau belajar!). Ha ha ha ....
Notes ini sudah pernah ditayangkan di FB 29 Mei 2009. Jadi ini mah posting ulang.