Harap jangan ada yang menyangka aki banyak uang dan ke luar negeri atas biaya sendiri. Anggaplah aki beruntung, karena perjalanan kali ini disponsori oleh ex-boss aki. Ceritanya mantan boss aki ingin mengunjungi rekan bisnisnya di Sri Lanka, dan mungkin karena beliau merasa aki pernah berkunjung ke sana, barangkali sedikit banyak tahu jalan dan tidak terlalu asing. Lagipula aki sendiri juga mengenal rekan bisnis mantan boss aki itu dengan cukup baik. Jadi aki diajak ikut.
Kesempatan ini aki gunakan untuk sekali gus menengok anak aki yang sedang belajar di Kuala Lumpur. Aki mohon ijin kepada mantan boss agar bisa berangkat lebih dulu, dan baru bergabung dengan beliau dari Singapura. Maka jadilah aki menyeberang dari Singapura ke Kuala Lumpur dengan bis. Unik juga. Dari Singapura ke KL, bayarnya Sin$25,- sedangkan pulangnya dari KL ke Singapura cukup bayar Malaysian Ringgit 25,- Padahal satu Sin$1 kurang lebih 1,45 Ringgit!
Singkat cerita saya bisa mengunjungi anak aki. Sejak awal, ia bersama dua orang teman kostnya, satu anak Lampung dan satu anak Kuching, mengeluh karena di daerah tempat tinggalnya tidak ada vihara. Mereka, katanya, mau pergi ke vihara, tapi sayangnya cukup jauh. Ketika aki datang, salah satu kabar gembira yang mereka sampaikan adalah bahwa tepat di seberang jalan dari tempat kost mereka, akan segera dibuka sebuah vihara.
Tapi, kata mereka lagi, vihara itu letaknya di lantai dua, di atas sebuah bar!
Mereka tahu bahwa vihara tersebut akan segera dibuka, karena sudah mulai diangkuti patung besar-besar. Dari jendela tempat kos, aki bisa melihat bagian belakang sebuah patung Kwan Im.
Anak-anak merasa sedikit kagok, kok vihara adanya di atas bar?
Bagaimana ini? Aki katakan pada mereka, biar saja. Lihat saja, nanti barnya engga laku, dan vihara itu bisa menempati seluruh bangunan.
Mendengar ini mereka tertawa. Barangkali ada benarnya juga, Oom, kata mereka. Selama ini bar tersebut memang kurang laku, sehingga mungkin yang empunya terpaksa menyewakan lantai atas. Kalau nanti yang berniat mengunjungi bar melihat ada vihara, besar kemungkinan mereka membatalkan niatnya karena insyaf. Jadi, memang ada kemungkinan bar tersebut gulung tikar pada akhirnya.
Aki termenung. Kalau itu yang terjadi, kasihan juga dong pemilik bar itu.
Gara-gara vihara?
Bogor, 27 Maret 1999