Setiba di Kalutara, kami langsung menuju Stupa Kalutara. Stupa yang dibangun pada jaman modern ini besar dan di dalamnya berongga sehingga bisa dimasuki. Di dalam stupa ada patung Buddha, sekelilingnya berhiaskan gambar riwayat hidup Buddha. Kami juga berkesempatan menyiram Pohon Bodhi yang sudah cukup tua dan memberi sumbangan untuk pembangunan. Yang unik di Sri Lanka, di depan vihara mana saja, di tepi jalan ada kotak sumbangan sehingga semua yang melintas, baik sopir truk, pegawai yang berangkat kerja, sopir bajaj, ibu-ibu yang baru pulang belanja dari pasar, maupun anak-anak yang pulang sekolah, bisa memasukkan dana ke kotak di pinggir jalan itu. Kotak itu aman, tidak ada yang mengganggu.
Malam ini kami menginap di Kalutara. Hotelnya bagus tapi sedang diperbaiki sehingga pelayanan agak terganggu. Pagi hari sempat juga berjalan-jalan di tepai laut di belakang hotel, lalu berenang. Banyak burung gagak memburu kepiting kecil di pantai. Di hotel ada toko dan ibu-ibu pun memborong kaus bergambar gajah.
Hari ini hari terakhir di Sri Lanka. Nanti malam kami akan meneruskan perjalanan ke India. Setelah makan siang dan puas belanja, rombongan menuju Colombo yang hanya berjarak 15 menit dari Kalutara. Di Colombo rombongan menuju Kelaniya Rajamahavihara.Penduduk Sri Lanka amat menghormati tempat ini karena mereka meyakini konon Buddha pernah datang ke sini. Menurut kepercayaan setempat, kalau datang ke Kelaniya maka karma buruk akan terhapus. Tak heran banyak yang menyempatkan diri untuk datang meskipun hanya sekali setahun!
Perjalanan berlanjut ke toko buku Buddhis. Kami membeli bendera Buddhis, buku2 dan jubah untuk bhikkhu. Mengingat Sri Lanka terkenal juga akan batu alamnya, kami juga mampir ke toko batu-batuan. Penawaran berlangsung alot (bahkan sampai disusul ke restaurant). Akhirnya berhasil juga ibu-ibu membawa pulang blue sapphire dan pink sapphire. Di samping toko batu ada toko yang menjual patung dan bati, tapi tidak menarik karena buatan tanah air jauh lebih bagus.
Malam terakhir di Sri Lanka jamuan agak istimewa: Chinese Food. Terasa cocok di lidah, karena selama perjalanan makanannya ya begitulah...
Sekalipun demikian ada kenangan tak terlupakan, yaitu makan nangka muda yang dikukus lalu dimakan bersama kelapa parut. Makanan khas Sri Lanka ini sengaja disiapkan oleh pemandu wisata karena tidak bisa dibeli d warung, padahal ibu-ibu ingin mencicipinya.
Setelah makan malam kami diantar ke bandara untuk melanjutkan perjalanan.
Selamat tinggal Sri Lanka yang betul-betul mengesankan. Semoga suatu saat kami bisa kembali, mendaki Sigiriya Rock dan melihat tempat-tempat menarik lain yang belum kami kunjungi saat itu.
Ditulis oleh SRI YUWATI
Bandung, 9 Oktober 2004
(Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Intisari)