Dalam tulisan terdahulu saya mencatat adanya praktek 'konsultasi nasib' di Wat Bovorn. Memang praktek ini lazim saja di mana-mana. Yang saya alami sendiri adalah di Wat Traimit, tempat patung Buddha emas yang sudah saya ceritakan.
Di situ ada sebuah paseban, dengan mesin-mesin sederhana berjajar. Bentuknya hampir seperti mesin ding-dong kecil. Ada sebuah lubang tempat memasukkan koin, lalu ada lampu yang bisa menyala berputar-putar seperti mesin roulette. Kalau koin kita masukkan, lampu akan berputar, sampai akhirnya berhenti di suatu nomer. Nah, kita ambil kertas dengan nomer yang sesuai yang terdapat di laci-laci di bawah mesin itu. Di situ bisa kita baca 'karma' apa yang akan berbuah pada saat itu.
Saya ingin tahu dan mau mencoba mengambil kertas 'ramalan'. Ada banyak mesin di sana. Ada tujuh buah dengan patung Buddha di dalamnya, masing-masing satu untuk setiap hari. Ada Buddha yang 'pas' untuk hari Minggu, ada yang hari Senin, dan seterusnya. Selain itu masih ada mesin yang tidak pakai patung Buddha, tapi pakai patung lainnya. Ada yang patung Kwan Im, ada yang patung Amurwabhumi (Hok Tek Ceng Sin). Karena saya sudah kena promosi sehari sebelumnya tentang 'Se Mien Fo', maka saya pun memilih untuk memasukkan koin ke mesin yang 'dihuni' oleh 'Buddha Muka Empat' itu.
Namun tiba-tiba pemandu wisata lokal yang pandai bahasa Indonesia itu menyuruh saya - setengah memaksa - untuk memasukkan koin di tempat Buddha yang sesuai dengan hari lahir saya. Maka saya pun pindah, dan menuruti sarannya, meskipun dengan hati yang sedikit tidak enak. Benar saja, nomer yang keluar tidak sebaik yang saya harapkan. Lumayan, sih, tapi engga terlalu 'wah', gitu.
Karena itu saya pun ngotot menukar koin lagi, supaya bisa sekali lagi 'meramal' di 'Se Mien Fo', sesuai keinginan awal saya. Keluar nomer yang lain. Tapi waktu kertasnya saya ambil dan saya baca, ternyata isinya kurang lebih sama dengan kertas yang tadi!
Saya pun engga bisa ngomong apa-apa, deh. Manjur kali, ye?
24 Sep 01