Selasa, 01 Desember 2009

PENJARA KEHIDUPAN (bagian 4 ~ habis)

KEBAIKAN ADALAH PENJARA
Penjara berikutnya sangatlah penting dan merupakan penyebab banyak masalah. Penjara ini adalah apa yang disebut 'kebaikan.' Semua orang meyukai 'kebaikan' dan mereka mengajar yang lain untuk melakukannya. Kemudian mereka memuja apa yang mereka sebut 'baik.' Tetapi begitu ada upadana tercampur dengan apa yang mereka sebut baik, yang baik itu menjadi penjara. Anda harus memiliki kebaikan tanpa memiliki upadana, agar kebaikan tidak akan menjadi penjara.

Bila ada upadana maka kebaikan akan berubah menjadi penjara.
Seperti yang kita katakan, mereka gila kebaikan, mabuk pada kebaikan, tersesat dalam kebaikan, sampai kebaikan berubah menjadi permasalahan. Jadi bersikaplah sangat hati-hati agar tidak membuat kebaikan menjadi penjara. Tetapi sekarang ini tidak ada yang dapat kita lakukan untuk menolong karena semua orang terperangkap dalam penjara kebaikan-secara membuta, tanpa sadar, terperangkap dalam penjara kebaikan.

Bila anda seorang Kristen, kami memohon anda untuk berpikir dan merenungkan ajaran dalam Kitab Kejadian, ketika Tuhan melarang Adam dan Hawa memakan buah Pohon Pengetahuan tentan Kebaikan dan Kejahatan. Jangan memakannya atau mereka akan mengetahui cara membedakan kebaikan dan kejahatan. Kemudian buah itu akan melekatkan upadana pada yang baik dan jahat. Sehingga kebaikan dan kejahatan menjadi penjara.

Ajaran ini sangat mendalam dan baik, paling cerdas dan bijaksana, namun tampaknya tidak ada orang yang memahaminya. Orang-orang tidak tertarik dengan ajaran ini dan tidak bisa menjadi orang Kristen yang benar. Bila mereka orang Kristen yang benar, mereka tidak akan melekatkan upadana dengan kebaikan dan kejahatan. Kita tidak boleh membuat kejahatan maupun kebaikan menjadi penjara. Artinya, jangan terperangkap dalam penjara kebaikan.

Kita memakan buah itu dan menjadi tahu yang baik dan jahat, sehingga terperangkap dalam semua kebaikan dan kejahatan. Sejak itu kita memiliki permasalahan terus-menerus. Demikianlah ceritanya sampai itu disebut 'dosa asal,' atau terkadang 'dosa abadi.' Buah ini menjadi penjara asal, penjara abadi. Waspadalah: hati-hati jangan terperangkap dalam penjara asal, penjara abadi ini. Jangan pernah biarkan diri anda terperangkap dalam penjara ini.

Dengan terpenjara dalam kebaikan, atau yang baik, begitu seseorang terperangkap hal ini berlanjut sampai ke kebaikan tertinggi. Maka kebaikan tertinggi berubah menjadi penjara tertinggi. Bila berlanjut demikian, maka Tuhan akan menjadi penjara tertinggi. Semoga anda memahami dan mengingat bahwa upadana membangun penjara dengan cara demikian.

PANDANGAN ADALAH PENJARA
Penjara berikutnya adalah ditthi kita. Kata Pali ditthi sangat sulit diterjemahkan. Pengetahuan, pikiran, ide, teori, pendapat, kepercayaan, pemahaman-semuanya adalah ditthi.
Ditthi berarti semua pikiran, pendapat, teori dan kepercayaan pribadi. Bukan hanya pendapat tertentu dan kepercayaan kecil, melainkan semuanya, semua pandangan. Semuanya yang kita gunakan untuk memandang pengalaman adalah ditthi. Kita terperangkap dalam penjara pandangan kita sendiri. Kita tidak mematuhi siapapun kecuali ditthi kita. Ini adalah penjara yang paling menakutkan, karena kita akan berlayar dengan gegabah dan terburu-buru menurut pandangan kita.
Kita memalingkan muka dan kehilangan semua hal yang seharusnya bermanfaat bagi kita, karena pikiran kita tertutup terhadap segalanya kecuali ide, kepercayaan dan pandangan kita sendiri.
Dengan demikian, pandangan-pandangan ini menjadi penjara yang mengerikan yang menahan dan mengunci kita hanya terhadap satu cara pemahaman. Waspadalah terhadap penjara ditthi kita sendiri.

KEMURNIAN ADALAH PENJARA TERTINGGI
Berikutnya kita sampai pada penjara yang sangat aneh dan menakjubkan; anda menyebutnya 'penjara tertinggi.' Penjara tertinggi adalah apa yang mereka sebut 'tanpa-dosa' atau 'murni.' Sangat sulit untuk mengerti apa yang mereka maksud dengan kata-kata ini. Kita mendengar semua jenis percakapan mengenai tanpa-dosa dan kemurnian, tetapi mereka sendiri tampaknya tidak pernah mengerti apa yang mereka maksud. Mereka melekat pada kemurnian ini, menganggapnya sebagai ini dan itu, memujanya, menggunakannya untuk pertunjukan dan persaingan, untuk memamerkan 'betapa murninya saya.' Tetapi bila ada upadana, semuanya hanyalah kemurnian melalui upadana, bukan kemurnian yang asli. Ada banyak bentuk prasangka kemurnian yang berasal dari kemelekatan, seperti: kebutuhan untuk mandi; membuat mantera; diminyaki, diperciki, atau direndam oleh entah siapa; atau banyak sekali ritual dan upacara yang dilakukan demi 'kemurnian, kemurnian.' Kemurnian ini adalah murni upadana, dan kemurnian melalui kemelekatan adalah penjara. Mohon jangan tersesat dan berakhir dalam penjara bernama 'kemurnian.'

Benar-benar menyedihkan melihat begitu banyak kemelekatan pada keakuan, dan kemudian kemelekatan yang juga sama banyaknya pada kemurnian. Lebih jauh lagi, bahkan beberapa kepercayaan mengajar sejenis kemurnian abadi yaitu suatu jiwa abadi yang hidup dalam keabadian, dan semacamnya. Semuanya berasal dari pemegangan dan kemelekatan pada kemurnian melalui upadana sampai seseorang terperangkap dalam penjara abadi. Hanya berakhir sebagai penjara abadi.


KEKOSONGAN BUKAN PENJARA
Ini adalah penjara terakhir. Kebebasan dari penjara kemurnian tertinggi, lepas dari penjara termurni, ke kekosongan bebas dari jiwa dan keakuan. Tidak memiliki keakuan apapun, bebas dari keakuan, kosong dari aku-perasaan apapun tentang aku, kosong dari ide dan pikiran tentang aku- adalah kemurnian sejati. Kemurnian apapun yang benar-benar abadi tidak dapat menjadi penjara dengan cara apapun, kecuali terjadi kesalahpahaman dan kemelekatan padanya sebagai suatu keakuan atau jiwa, yang kemudian dalam kasus ini menjadi penjara lagi. Lepaskan tanpa ragu, benar-benar bebas dari keakuan-inilah kemurnian sejati. Ini bukanlah penjara. Kekosongan adalah kemurnian yang bukan penjara.

Jadi penjara yang sejati, gabungan dari semua penjara yang telah kita bahas, adalah yang disebut 'atta' (dalam Pali), 'aku,' atau 'jiwa.' Diri sendiri adalah penjara. Diri ini adalah penjara. Semua jenis penjara masuk dalam dan sampai pada kata 'diri sendiri' atau 'diri saya.' Melekat pada keakuan sebagai keakuan, dan kemudian karena menjadi milik keakuan, melekat pada 'saya' dan 'milik saya,' inilah penjara sejati, jantung dan jiwa penjara. Semua penjara digabungkan dalam kata 'atta.' Dengan mengoyak kebodohan yang menciptakan atta, juga sekaligus mengoyak atta itu sendiri, maka semua penjara akan hilang. Bila anda berlatih anapanasati (perhatian penuh terhadap pernafasan) dengan benar sampai benar-benar sukses, kesuksesan yang benar, bukan khayalan, anda akan menghancurkan semua penjara dengan menyeluruh. Hancurkan atta, maka semua penjara akan hancur dan kita tidak akan pernah membangunnya lagi. Semoga anda semua mengalami kesuksesan dalam menghancurkan penjara, yaitu atta, keakuan.

Tujuan anapanasati adalah untuk melenyapkan semua sisa upadana menyangkut keakuan. Pelenyapan menyeluruh kemelekatan pada keakuan adalah pemadaman terakhir dan sempurna dari dukkha, yang kebetulan berarti kebebasan, keselamatan. Tujuan tertinggi setiap agama adalah keselamatan yang nilai dan manfaatnya melampaui kata-kata. Jadi cobalah. Anapanasati, bila dilatih dengan benar, membawa pada kebebasan dari atta. Saya telah berusaha semampu saya dan saya bersedia untuk melakukan apapun untuk menolong semua orang memahami anapanasati dan melatihnya dengan sukses, sehingga kita semua dapat lepas dari semua aspek penjara kemanusiaan. Mari kita akhiri ceramah pada hari ini sampai di sini.

Oleh : BUDDHADASA BHIKKHU
Alih bahasa : Upasaka Santanando Sanjaya

Sumber : What Buddha Taught