Memang manusia pandai mencari alasan. Selalu ada alasan. Sayangnya, alasan itu dikemukakan untuk hal-hal yang kurang baik.
Sebenarnya, alasan itu bisa digunakan untuk hal-hal yang baik.
Misalnya, merasa bahagia.
Pada umumnya manusia membutuhkan alasan untuk merasa bahagia. Naik kelas, kena lotere, menang perlombaan, ulang tahun, jalan-jalan, keinginannya terkabulkan, dan lain-lain. Nah, karena kita jarang sekali naik kelas, atau kena lotere (atau lain-lain itu), maka jarang pula kita merasakan kebahagiaan.
Yang harus kita lakukan tak lain tak bukan adalah menciptakan alasan, dan kita toh sudah sangat pandai untuk membuat alasan ya?
Cermatlah melihat hal-hal yang kecil dalam kehidupan, yang biasanya terlewatkan oleh kita. Ada suara butung yang merdu? Bahagialah. Melihat sebuah rangkaian bunga yang indah (atau gaun yang bagus di etalase toko)? Jangan dibeli, tapi kagumi dan bahagialah. Teman lama tiba-tiba kirim sms? Rayakan dan bahagialah. Anak laki-laki tiba-tiba rajin dan merapikan kamarnya? Jangan tanya alasannya, beri pujian dan bahagialah. Suami membelikan pisang goreng dalam perjalanan pulang dari kantor? Luar biasa, bersyukurlah dan berbahagialah.
Banyak sekali alasan buat kita untuk berbahagia. Hanya seringkali alasan itu kita anggap kecil dan biasa, sehingga terlewatkan. Akibatnya kita kehilangan kebahagiaan yang seharusnya kita miliki.
Kalau listrik mati, hampir semua orang mengeluh dan di FB banyak kita temui status yang memaki-maki PLN. Tapi kalau listrik berjalan normal, dianggap normal, dan tidak dijakan alasan untuk berbahagia. Sayang sekali ....
Lain kali, kalau listrik lagi oke-oke begini, nyalakan lampu dan bahagialah!
Ayo, bikin alasan, dan bahagialah!